top of page

Menari di Atas Satu Tangga Mimpi, Singapura (bagian 1)

  • Cana Paranita
  • Jun 12, 2016
  • 3 min read

Kenapa judulnya begitu ? sepertinya maknanya mudah ditebak bukan ?

Karena aku ke luar negeri ? bukan.

Aku mengatakan itu "menari", karena setidaknya aku sudah berhasil keluar dari zona nyamanku. Yang dulu benar-benar kuanggap 'nyaman' hingga aku buta. Sangat buta.


Setelah aku lulus, aku benar-benar merasa diriku bodoh. Sepertinya aku paling bodoh diantara semua yang ada.

Aku berlari, mungkin membanting stir untuk pilihan hidupku. Aku tidak mau seperti ini SAJA.

Aku harus berguna bagi orang lain, walau banyak keterbatasan yang kumiliki.


Aku sudah bercerita tentang perubahan diriku dari artikel sebelumnya, hingga aku terpilih menjadi panitia (volunteer) salah satu acara kepemudaan se-ASEAN.


Acara ini dilaksanakan di beberapa negara Asia, untuk bulan Mei aku mendapatkan ajakan menjadi panitia sebagai event staff di Malaysia dan Singapura (2 minggu). Namun aku hanya bisa mengiyakan untuk Singapura karena beberapa kewajiban di Salatiga yang harus aku tuntaskan.



Tanggal 8 Mei 2016

Aku menuju Jakarta dengan penuh bahagia dan sedih, percayalah setiap kau memilih ini tujuan hidupmu, selalu ada hal yang akan kamu korbankan. Aku harus menuju Tangerang karena pesawatku sudah terlanjur dibelikan dan berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta. Oke meluncur bersama Rosaliaaaaaaaa


Sesampainya di Jakarta, tepatnya Tangerang, aku disambut hangat oleh Om ku yang bekerja sebagai Auditor di Adaro dan sejujurnya itu pertama kali aku bertemu dengannya. Baru menapak di Terminal, aku sudah sangat gugup. Itu jam 4 pagi dan itu TANGERANG. Apalah pokoknya yang berhubungan dengan JAKARTA, TANGERANG dan kota-kota besar itu ..di otakku hanyalah KRIMINALITAS yang menanti. Oke, pagi dingin dan suara gesekan antar daun di pohon-pohon menemaniku. Sampai akhirnya Tante ku datang dan 'menyelamatkanku'.


1 hari di Tangerang aku merasa sangat merepotkan, ini pasti kurasakan jika membuat orang lain berbuat sesuatu untukku. Aku merasa sangat senang disana, akhirnya antar keluarga bisa saling bersilaturahmi :)). Di rumah Om ku, beliau selalu memberikan motivasi untuk berjuang tanpa menyerah, begitu juga dengan Kakekku yang juga di Tangerang ketika aku menemuinya. Aku akhirnya mengetahui seluk-beluk kehidupan perjuangan para tetua hahaha.


Kembali ke persiapan, esoknya aku bergegas ke Bandara ditemani Om, Tante, Danis dan Desta. Sebelum pergi kami sarapan dulu di CFC untuk menyiapkan perutku aman selama di pesawat. Ternyata terminalku cukup jauh tapi syukurlah Om ku cukup ngebut sehingga aku sampai tanpa telat. Di layar HP ku sudah banyak chat dari BURNO. Oke siapa dia ? Dia adalah salah satu volunteer juga asli Bengkulu tapi kuliah di Jakarta jurusan Filsafat. Nah kami belum pernah bertemu, jadi aku zoom zoom fotonya untuk memastikan kita ga salah orang. Burno berkali-kali tanya aku sudah sampai dimana, apa aku sudah sampai diterminal dll. Aku jawab : belum. Haha


Akhirnya aku menemukan BURNO, dia adalah salah satu peserta untuk acara Youtex di Thailand!! Kita saling bersalaman dan banyak cerita. Sebagai seorang pria, aku melihat bawaan dia seperti wanita. Oke, fix dia rempong begitu pikirku. Eh ternyata dia membawa LCD yang sudah dimanahkan oleh Kak Ayu dan Kak Fahri untuk acara di SIngapura,,, ooooooo....

Dan 60% isi tasnya adalah SARIMI.


"Mau makan Sarimi di Singapur?" tanyaku sambil terkekeh kekeh,

"Bukan Kak, ini buat temenku orang Myanmar, dia suka banget sama Indomie" jawabnya.

"Oke, tapi itu Sarimi bukan Indomi"

"Ahahahaha biarin lah, ini lebih murah, rasa gak jauh beda kok Kak."

Aku mengangguk sambil tertawa di sepanjangn Bandara. Singkatnya kami menjadi semakin akrab (sebagai teman). Hingga akhirnya dia bercerita kisah hidupnya yang sama sekali nggak akan aku duka. Siapapun aku yakin pasti tidak akan pernah menduga itu ketika kita berkenalan awal dengan si BURNO.


Dari penampilan, aku yakin dia seperti kita. Maksudnya, aku yakin dia menjalani kehidupan yang seperti umumnya. Sekolah, kuliah, lulus, bingung cari kerja, dapet kerja bla blaaaa.... Intinya kita gak bingung harus makan apa, sekolah bayar gimana, karena jawabanyya : ADA ORANG TUA


Tapi Burno berbeda, ternyata dibalik kerutan wajah tegasnya, dia memiliki cerita yang sangat menyentuh hatiku. Jujur, aku bereangkat ke Singapura adalah salah satu pelarianku dari segala tekanan yang ada (seperti aku bilang, jika kamu memilih mimpi yang berbeda akan ada pro kontra ), aku sudah menantikan hari ini agar aku bisa bebas melepas segala masalahku, Pernah terbesit, aku menyerah. Aku tidak bisa. Tapi setelah mendengar perjuangan BURNO, aku merasa sangat picik. Aku malu dengan diriku sendiri, setelah aku pikir kembali.... hidupku sangatlah enak. Dari kecil hingga kuliah selalu dimudahkan baik dalam mendapatkan tempat pendidikan yang bagus. Begitu juga dengan orangtuakau yang tidak pernah berkata TIDAK atas segala keinginanku. Hanya sekarang, Allah ingin menguji diriku apakah bisa berjuang menggapai mimpiku ?


aaaHHH, Dalam hati aku merasa sangat bersyukur, ternyata benar, ketika kita memilih suatu tujuan... maka Allah akan mempertemukan kita dengan manusia-manusia yang memiliki visi dan misi yang sama. Meski mimpi berbeda, namun

seamngat yang mereka tularkan tidak pernah hilang.


Aku menatap BURNO sambil tersenyum bahwa segala hal yang kita sedihkan adalah ujian hidup yang semua orang memilikinya dengan porsi yang berbeda. Namun aku percaya, ujian hidup yang tidak biasa akan datang hanya pada orang-orang yang kelak menjadi luar biasa. Kami terhenti berbicara saat pesawat sudah bersiap berangkat.


Hello Singapore, We're coming....




 
 
 

Comments


BERTEMAN MULAI DARI HARI INI 

@cannacini

Jakarta-Salatiga

Indonesia

bottom of page